1.1 Definisi
Morbili
adalah penyakit virus akut, menular ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium
kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi, ( Kapita Selekta jilid 2,
hal 417 ).
Penyakit
campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang yang sangat
menular dan pada umumnya menyerang anak-anak ( Soegijanto, 2008 ).
1.2 Etiologi
Penyakit
morbili atau campak disebabkan oleh virus campak. Virus campak termasuk di
dalam famili paramyxovirus yang
merupakan virus single sranded RNA. Di dalam virus terdapat nukleokapsid yang
bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA).
Selubung luar merupakan suatu protein yang bersifat hemagglutinin.
1.3 Epidemiologi
Penyakit
campak atau morbili bersifat endemik di seluruh dunia. Pengalaman menunjukkan
bahwa epidemi campak di Indonesia timbul secara tidak teratur. Epidemi terjadi
dengan interval 2-4 tahun sekali. Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan,
yaitu gizi buruk dan daya tahan yang menurun.
Pada
tahun1989 WHA ( World Health Assembly ) telah mendeklarasikan komitmen WHO
dalam penanggulangan campak secara global untuk menurunkan campak sebanyak 90%
dan dilanjutkan dengan deklarasi oleh the World Summit tahun 1990 yang
mengharapkan penurunan kematian campak sekitar 95%.
Penelitian
Heriyanto pada KLB di Jawa dan luar Jawa menunjukkan bahwa KLB terjadi pada
daerah cakupan imunisasi rendah ( 17,0-46,0%) dan angka serangan campak ( attack rate ) terjadi pada anak usia 1-4
tahun dan 5-9 tahun masing-masing sebesar 10,45%-64,2% dan 4,5%-55,5%, dengan
angka kematian ( CFR ) antara 0,43%-6,2%.
1.4 Patogenesis
Perjalanan
klinik di awali dengan infeksi epithel saluran napas bagian atas oleh virus,
menyebar ke kelenjar lympha regional bersama makrofag. Setelah mengalami
replikasi dikelenjar limfa regional, virus dilepas kedalam aliran darah,
terjadilah viremia pertama. Sampailah virus ke sistem reticuloendothelial, dan
disusul dengan proses replikasi. Viremia yg kedua akan mengantar virus sampai
ke “ multiple tissue site “, terjadilah proses infeksi di endothelium pembuluh darah,
epithelium saluran napas dan saluran cerna. Virus menempel pada receptor virus
campak pada tempat tertentu, misalnya pada lapisan lendir saliran nafas , sel
otak dan usus.
Setelah
inkubasi selama 10-11 hari, dalam 24 jam kemudian munculah gejala coryza /
pilek, conjunctivitis / radang mata dan cough / batuk sebagai gejala periode
prodromal. Semua gejala diatas makin hari makin memberat, mencapai puncaknya
pada periode erupsi, saat mulai muncul ruam pada hari ke 4 sakit. koplik’s
spot, bercak putih di depam M1 yang terletak di mukosa pipi, akan muncul dan
menjadi tanda klinik yang pathognomonik.
Gejala
panas, cough, coryza dan conjunctivitis pada hari ke 4 akan disusul dengan keluarnya
ruam erythro makulopapuler dengan perjalanan dan penyebaran yang khas, sehingga
diagnosis klinik mudah dikenali. Periode konvalescence ditandai dengan
tersebarnya ruam pada seluruh tubuh, yang disertai turunnya temperatur tubuh
secara lisis. Panas pada penyakit campak bersifat “ stepwise increase “, yang
puncak panasnya terjadi pada hari ke 5 sakit, dan pada hari ke 6 sakit,
bilamana ruam sudah tersebar pada seluruh tubuh, panas akan menurun dan kondisi
klinik akan membaik.
Coryza
awalnya bersin-bersin, disusul dengan hidung buntu, disertai ingus yang
mukopurulen, menjadi makin berat saat ruam mulai muncul, akan tetapi segera
hilang pada waktu temperatur normal, yaitu pada saat ruam sudah menyebar
keseluruh tubuh. Conjunctivitis dimulai dengan adanya “ conjunctival injection
“ dari palpebra bawah, disusul dengan keradangan pada conjunctiva, edema
palpebra, peningkatan lakrimasi dan photopobia. Pada penderita anak dengan
malnutrisi yang disertai defisiensi vitamin A, manifestasi klinik
conjunctivitis tampil lebih berat, dan dapat terjadi keratitis, infeksi kornea,
ulcus cornea, yang apabila tidak tertangani secara benar dapat berakibat
kebutaan. Batuk yang timbulnya pada periode prodromal, makin hari makin
memberat, mencapai puncaknya pada saat erupsi keluar. Gejala batuk ini bertahan
agak lama, bahkan ada yang berlangsung sampai beberapa minggu, terutama yang
disertai dengan bronkopneumonia.
Ruam
penyakit campak adalah erythromaculopapular, muncul 3 -4 hari panas, mulai dari
perbatasan rambut kepala, dahi, belakang telinga, kemudian menyebar ke muka,
leher, tubuh, extremitas atas, terus kebawah, dan mencapai ujung kaki pada pada
hari ke 3 ruam muncul. Setelah ruam sudah menyebar keseruh tubuh, maka ruam
awal akan mengabur, disusul dengan munculnya hiperpigmentasi dan desquamasi.
Urutan lokasi terjadinya fade – hiperpigmentasi – desquamasi, sama dengan
urutan lokasi terjadinya ruam erythro maculopapular. Gejala lain yang dapat
dijumpai pada penyakit campak adalah, gastroenteritis, lympadenopathy
generalisata, laryngotracheitis, bronchitis dan pneumonitis dan pada anak
dengan malnutisi dapat disertai pneumothorax spontan, protein losing
enteropathy dan gizi buruk atau aktifasi dari proses tuberkulosis. Apabila
natural time table ini melenceng, maka dicurigai adanya komplikasi, baik karena
infeksi virus maupun infeksi kuman.
1.5 Manifestasi klinis
a.
Demam
Demam
timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari kelima atau keenam pada puncak
timbulnya ruam. Kadang-kadang kurva suhu menunjukkan gambaran bifasik : ruam
awal pada 24 sampai 48 jam pertama didikuti dengan turunnya suhu tubuh sampai
normal selama periode satu hari dan kemudian diikuti dengan kenaikan suhu tubuh
yang cepat mencapai 40ᵒC pada waktu ruam yang sudah timbul di seluruh tubuh.
Pada kasus yang tanpa komplikasi, suhu tubuh mengalami lisis dan kemudian turun
mencapai suhu tubuh yang normal.
b.
Coryza ( pilek )
Pilek
pada campak tidak dapat dibedakan dengan pilek pada keadaan influenza pada
umumnya. Tanda pertamanya bersin-bersin yang diikuti dengan gejala hidung buntu
dan sekret mukopurulen yang menjadi lebih berat pada puncak erupsi. Pilek ini
cepat menghilang setelah suhu tubuh penderita menjadi normal.
c.
Konjungtivitis
Garis
tepi transversal dari injeksi konjungtiva pada kelopak mata bawah kemungkinan
dapat dilihat pada awal gejala prodormal. Selanjutnya gejala tersebut tertutup
oleh peradangan konjungtiva yang berat bersamaan dengan edema palpebra dan kurunkula.
Lakrimasi meningkat dan aering penderita mengeluh fotopobia. Pada kasus yang
berat, koplik’s spot mungkin terdapat
pada kurunkula. Konjungtivitis akan menghilang segera setelah suhu tubuh
menjadi normal.
d.
Batuk ( cough )
Gejala
batuk disebabkan oleh karena reaksi inflamasi traktur respiratoris. Seperti
gejala catharal lainnya,gejala batuk
meningkat frekuensi dan intensitasnya, mencapai puncaknya pada puncak erupsi.
Gejala batuk bertahan lebih lama dan biasanya menghilang dalam periode lima
sampai sepuluh hari.
e.
Koplik’s spot
Kurang
lebih dua hari sebelum ruam timbul, gejala koplik’s
spot yang merupakan tanda pathognomosis
dari penyakit campak, dapat dideteksi. Lesi ini telah didiskripsi oleh koplik pada tahun 1896 sebagai suatu
bintik berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, pada
pertengahannya didapatkan noda berwarna putih keabuan. Mula-mula didapatkan
hanya dua atau tiga sampai enam bintik. Kombinasi dari noda keabuan dan merah
muda terang disekotarnya merupakan tanda pathognomonik
absolut dari penyakit campak. Timbulnya koplik’s
spot hanya berlangsung sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar
dideteksi dan biasanya luput pada waktu pemeriksaan klinis.
f.
Ruam
Ruam
timbul pertama kali pada hari ketiga sampai keempat dari timbulnya panas. Ruam
dimulai sebagai erupsi makulopapula eritematosa, dan mulai timbul pada bagian
samping atas leher, daerah belakang telinga, perbatasan rambut dikepala dan
meluas ke dahi. Kemudian menyebar ke bawah ke seluruh muka dan leher dalam
waktu 24 jam. Kemudian terus ke bawah dan mencapai kaki pada hari ketiga. Ruam
mulai berubah warna menjadi agak gelap pada hari ketiga timbulnya. Lesi
eritematosa awal akan memucat bila ditekan. Setelah tiga atau empat hari, lesi
tersebut berubah warna menjadi kecoklatan. Hal ini kemungkinan sebagai akibat
dari perdarahan kapiler,dan tidak memucat dengan penekanan. Dengan
menghilangnya ruam, timbul perubahan warna dari ruam, yaitu menjadi berwarna
kehitaman atau lebih gelap. Dan kemudian disusul dengan timbulnya deskuamasi
berupa sisik berwarna keputihan.
1.6 Stadium
a.
Stadium kataral (prodromal)
Stadium
ini berlangsung 4-5 hari. Gejala menyerupai influenza, yaitu demam, malaise,
batuk, fotopobia, konjungtivitis, dan koriza. Gejala khas adalah timbulnya
bercak koplik menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul
enantem. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum, dikelilingi
oleh eritema, dan berlokalisasi di mukosa bukalis berhadapan dengan molar
bawah.
b.
Stadium erupsi
Gejala
pada stadium kataral bertambah dan timbul enantem di palatum durum dan palatum
mole. Kemudian terjadi ruam eritematosa yang berbentuk makula-papula disertai
meningkatnya suhu badan. Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, di bagian
atas leteral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Dapat terjadi
perdarahan ringan, rasa gatal, dan muka bengkak. Ruam mencapai anggota gerak
bawah pada hari ketiga dan menghilang sesuai urutan terjadinya. Dapat terjadi
pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian belakang,
splenomegali, diare, dan muntah. Variasi lain adalah black measles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit,
mulut, hidung, dan traktus digestivus.
c.
Stadium konvalesensi
Gejala
pada stadium kataral mulai menghilang, erupsi kulit berkurang dan meningglakan
bekas di kulit berupa hiperpigmentasi dan kulit bersisik yang bersifat
patognomonik. Pada penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentasi.
Suhu
menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
1.7 Komplikasi
1.
Akut
a.
Pneumonia
Merupakan penyebab kematian pertama dari
morbili karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Secara
klinis manifestasinya dapat berupa bronkhiolitis, Bronkopneumonia, dan
Pneumonia Lobaris.
Bakteri yangsering menimbulkan Pneumonia
pada Morbili adalah Streptococus, Pneumococus, Stafilococus, Haemofilus,
Influenza dan kadang-kadang dapatdisebabkan oleh Pseudomanas dan Klebsiela.
Komplikasi ini harus dicurigai bila anak dengan morbili menunjukkan adanya
gangguan pernafasan disertai panas yang menetap.
b.
Gastroenteritis
c.
Enchefalitis
Merupakan komplikasi yang berat dan sering
menyebabkan kematian dan biasanya timbul pada hari ke-2 sampai ke-6 sampai
timbulnnya rash. Patogenesis komplikasi ini masih belum diketahui secara pasti,
beberapa dugaan seperti akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi
virus yang laten atau Ensefalomielitis tipe alergi. Gejalanya berupa panas,
sakit kepala, muntah, lemah, kejang, koma atau kelemahan umum. Perjalanan
penyakit ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat dan berakhir dengan
kematian dalam 24 jam.
d.
Otitismedia
e.
Mastoiditis
f.
Laringotrakeobonkhitis
g.
Cervical adenitis
h.
Purpura Trombositopenik
i.
Aktivasi Tuberculosis
j.
Ulcus Kornea
k.
Apendicitis
2.
Kronik
a.
SSPE ( subakut sklerosing panensefalitis
).
Merupakan
kelainan
b.
Kebutaan.
c.
Malnutrisi, terjadi akibat intake yang
kurang ( anoreksia, muntah ).
1.8 Pemeriksaan diagnosis
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas, pemeriksaan serologi, isolasi
virus dari urine atau swab nasofaringeal.
Pada
pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya lekopeni, dalam sputum, sekresi
nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated
giant cells. Pemeriksaan serologi dengan ELISA IgM lebih sensitif bila
diperiksa antara hari ke-3 sampai hari ke-28 timbulnua rash.
Pada
pemeriksaan serologi dengan cara heglutinin
inhibition test dan complemen
fixation test akan ditemukan adanya antibodi yang spesifik dalam 1-3 hari
setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. Tes ini
cukup praktis dan spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik dan subklinik.
1.9 Penatalaksanaan
Pengobatan
campak umumnya ringan, self limited, tidak tersedia anti viral spesifik,
antibiotika tidak mempengaruhi perjalanan klinik penyakit, sehingga pengobatan
campak adalah suportif. Pemberian Vitamin A dosis tinggi pada penyakit campak
yang berat dan disertai mallnutrisi, akan mempercepat penyembuhan pneumonia dan
gastroenteritis, memperpendek lama tinggal di rumah sakit, menurunkan angka
kematian.
Imunisasi
campak dilakukan pada semua anak usia 9 bulan, 15 bulan dan 6 tahun .
Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Morbili
Pengkajian
1) Anamnesa
:
Identitas klien
Keluhan utama :
biasanya anak demam naik turun selama lebih dari 3 hari
Riwayat kesehatan
sekarang
Riwayat kesehatan
dahulu
Riwayat kesehatan
keluarga
2) Pemeriksaan
fisik
Wajah : kulit tampak
eksanterm makulopapular
Mata : conjungtiva
hiperemis +/+, lakrimasi +/+
Hidung : sekret +/+,
konka edema +/+
Mulut : mukosa kerinf
atau lembab
Kulit : ruam makulopapular +
·
Aktifitas / istirahat : malaise (+/-)
·
Sirkulasi : tekanan darah normal /
sedikit di bawah jangkauan normal ( selama hasil curah jantung tetap meningkat
), kulit hangat, kering, bercahaya
·
Eliminasi : diare atau tidak
·
Makanan / cairan : anoreksia, mual
muntah
·
Neurosensori : pusing, gelisah
·
Nyeri
·
Pernapasan : takipnea dengan penurunan
ke dalam pernapasan
Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi
berhubungan dengan adanya proses inflamasi.
2. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret
3. Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan infeksi primer virus.
4. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan berkurangnya napsu
makan.
5. Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan munculnya ruam.
6. Gangguan
rasa nyaman : gatal berhubungan dengan munculnya ruam.
Intervensi
1. Diagnosa
: Hipertemi berhubungan dengan adanya proses inflamasi.
Tujuan : Adanya
keseimbangan diantara produksi panas, peningkatan panas dan kehilangan panas
pada tubuh pasien.
Kriteria
hasil :
·
Suhu tubuh pasien dalam batas normal
dalam waktu 24 jam.
·
Suhu kulit pasien dalam rentang yang diharapkan
dalam waktu 24 jam.
Intervensi
:
Mandiri
·
Pantau hidrasi (misal : turgor kulit,
kelembapan membran mukosa).
·
Pantau tekanan darah, nadi dan
pernapasan
·
Pantau suhu minimal setiap dua jam,
sesuai kebutuhan
Edukasi
·
Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur
suhu tubuh untuh mencegah dan mengenali secara dini hipertermia.
Kolaborasi
·
Berikan obat antipiretik, sesuai dengan
kebutuhan.
2. Diagnosa
: ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret
Tujuan
: Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif.
Kriteria
hasil :
·
Pasien dapat mengeluarkan sekresi secara
efektif
·
Pasien mempunyai jalan napas yang paten
Intervensi
:
Mandiri
· Auskultasi
bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan
· Kaji
keefektifan pemberian oksigen dan perawatan lain
Edukasi
· Instruksikan
pada pasien tentang batuk dan teknis napas dalam untuk memudahkan keluarnya
sekresi.
Kolaborasi
· Rundingkan
dengan ahli terapi pernapasan, sesuai dengan kebutuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Judith M Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Soegijanto Soegeng. 2007. Penyakit
Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 6. Surabaya : Airlangga University
Press.
Staf pengajar ilmu kesehatan anak.
1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika.
Rampengan TH. 2006. Penyekit
Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC
Rudolph Abraham. 2006. Buku Ajar
Pediatri Rudolph Volume 1. Jakarta : EGC
0 komentar:
Posting Komentar